(Ingin) Menuliskanmu Lagi

Saya ingin menulis yang banyak tentang kamu, sampai tak lagi ada kata yang tersisa selain dari kata ‘benci’ yang tak pernah ingin saya gunakan untuk kamu – kecuali, saya membenci membuatmu benci terhadap saya. Tapi saya tahu, kamu tidak pernah membenci saya oleh sebab apa pun. Saya pun demikian terhadapmu. Kalau hanya sekadar marah, saya rasa itu hal yang wajar, hubungan antar manusia tak selalu berjalan baik-baik saja bukan?

Entahlah. Saya belum bisa melupakan (angan tentang)-mu yang begitu melekat di ingatan saya. Kamu adalah hal-hal baik yang membuat saya nyaman, dan mampu menenangkan kekalutan saya, hanya dengan mengingatmu dan memandangi senyum di bibir delimamu. Itu saja. Andai saja kamu bisa membelah diri menjadi seribu, saya ingin kamu satu untuk saya. Andai.

Saya tahu, kamu masih memperhatikan gerak-gerik saya. Memindahkan hati dari satu lubuk ke lubuk lainnya, dan sampai sekarang saya belum menemukan lubuk seperti yang ada di dadamu. Memang rasa-rasanya tak adil membandingkan mereka dengan kamu, tapi seperti yang saya bilang, rasa nyaman itu lebih dari sekadar apa pun. Namun, kamu tetaplah kenangan yang tengah merangkai cerlang masa depan untuk hidup dan kehidupanmu, dan saya tak boleh mengganggunya.

Kamu pernah bilang, orang yang sedang kamu rindukan berhak tahu apa yang kamu rasakan. Dan saya rindu kamu, saya rindu tulisan saya yang berisi tentang kamu, saya rindu menulis surat untuk kamu. Dan ini yang paling saya rindukan: saya rindu mendongengkan tembok kamar saya, dongeng tentang telaga sunyi, bunga liar, gadis kecil, senja ungu, dan segala hal yang semua tentang kamu yang begitu indah di mata saya. Berulang kali saya ingin berterima kasih pada kamu yang membuat kota di kepala saya selalu riuh dengan segala macam perayaan, yang membuat saya tak merasa sendirian.

Masa lalu memang bukan rumah untuk dijadikan tempat berpulang, namun adakalanya masa lalu adalah pelukan terhangat yang mampu menerimamu apa pun rupa hidupmu.

Tinggalkan komentar